9

"2017 dikurang 2008.....9.” ucapku entah pada siapa.
“Klienmu usia segitu?”
“Ngga, kok.”


---o---


6 Februari 2017

Untukmu,
di tempat.

Aku tidak akan membukanya dengan “Apa kabar?”

Itu bukan frasa yang mudah diungkapkan. Setidaknya bagi kita.

Kau tahu? Aku selalu merasa hidup ini bagaikan para pelari dalam sebuah lintasan tak berujung. Kadang kita berlari bersama, kadang kita harus berpisah jalur untuk akhirnya kembali lagi.

Aku tak tahu apa yang sedang terjadi sekarang. Apakah aku berpisah jalur denganmu untuk kelak berjumpa, ataukah memang kau sudah berhenti pada satu titik di tengah lintasan itu.

Aku tak tahu, siapa meninggalkan siapa.

Yang ku tahu, sekarang aku berlari tanpamu.

Kau tahu? Siang ini, di meja yang sabar membisu dengan segala celotehan. Pada kursi yang selalu menjadi tempat bersandar setelah berkejaran dari satu deadline ke deadline lainnya.

Ketika aku melihat pada tanggal asesmen klienku hari ini dan aku tertegun....



6 Februari 2017



Sudah sejauh ini aku berlari. Jauh sekali rasanya.

Jadi, bagaimana 9 tahunmu tanpaku?

Tanpamu, 9 tahunku pahit. 9 tahunku manis. 9 tahunku asin. 9 tahunku asam. 9 tahunku umami. Hingga 9 tahunku tak dapat lagi dikecap oleh lidah.

Kau tahu? Kau melewatkan banyak hal dari 9 tahun ini. Rambutku sekarang panjang, terurai. Lebih sering diikat sekarang karena tuntutan pekerjaan. Kau melewatkan saat di mana aku sudah di bawah telinga adik.

Kau melewatkan sesalku yang tak sempat ku ucapkan. Bahkan pada tanah basahmu, yang lalu menjadi kering, dan basah lagi, dan sekarang sudah mau kering kembali. Kau melewatkan sulitnya aku menjaga agar pipi ini tidak basah ketika harus berlari lagi dengan hilangnya dirimu.

Kau bahkan melewatkan saat-saat kepergian kekasihmu. Oh ya, untuk apa kau melewatkannya? Tentu sekarang kau tidak akan pernah kehilangannya. Oh, dia yang kehilanganmu. Hm ya. Tentang kekasihmu, ku simpan ucapan untuk air mata lainnya. Tentang kekasihmu, sampaikan saja dulu salamku. Tentang kekasihmu, katakan aku akan membicarakannya nanti.

Kau kehilangan masa di mana kita harusnya berkelahi lebih hebat, lebih hebat, dan lebih hebat lagi. Hingga akhirnya kita lelah dimengerti. Hingga akhirnya kita menyerah pada kemauan satu sama lain. Hingga kita paham apa artinya hubungan kita.

Maaf. Bukan kau. Aku. Aku yang kehilangan.

Kau tahu? Aku ingin sekali saja bertemu denganmu sebagai aku 21 tahun dan kau.......berapa sekarang? 52?

Mungkin lain kali saja, saat kita sama-sama tak berumur.

Bahagialah di sana. Lihatlah aku dan jagalah aku. Kau pasti punya kekuatan lebih karena sudah berada di atas sana. Setidaknya, bisikkan pada Rajamu supaya aku tidak mudah tertidur.

Salam,
Pemenang Pertamamu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terima Kasih, Tuhan, karena Aku Orang Susah

Menyapa Kawan Lama

Segala Sesuatu Ada Waktunya