Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Duduk Duka Kursi Bisu

Dua kursi bisu Menanti datangnya sepasang kaki Mendudukkan tuannya di atas mereka Dua kursi bisu Kedatangan dua tuan Duduk di atas mereka Masing-masing satu Dua kursi bisu Namun mereka mendengar semua Dan tetap membisu Satu putaran jarum pendek Selesaikan putaran-putaran yang terlewat Serta putaran-putaran selanjutnya Pada dua kursi yang membisu Berakhirlah segala penantian semu Memang tak akan pernah padu Tak perlu ada yang beradu Dua kursi tetap membisu Memandang dua pasang kaki Berjalan bersama Namun tidak bersama Dua kursi tetap membisu Mematung Di pijaknya masing-masing Diam Sebagai kenangan Pada dua hati yang membisu Victoria Bella - 29/12/2014 - 19:35

What to Rewind

Kusesap teh hangat itu sekali lagi Kemudian mataku terarah pada gantungan “# throwback ” Tulisnya Telunjukku membaliknya “ Rewind the Happiness ”   Aku beralih pada benda di sebelahnya Sebuah kunci Bukan yang pipih Yang tebal, lebih panjang   Aku terkejut Ternyata aku masih menyimpannya Mengapa aku masih menyimpannya   Aku menimang-nimang besi itu Memandang dalam temarau Mengingat kembali apa yang terjadi Pada apa yang dibuka olehnya Alunan, merdu Tawa, canda Benci, cinta, rindu Tenteram, damai Gigih, panas Tawa dalam geram Geram dalam dingin Segala keacakan Semua   Tergelitik pikir usil Akan siapa jari-jari yang telah menyentuh dia Berusaha membuka pintu itu begitu kerasnya Sekeras memperjuangkan apa yang di dalamnya Saat tak semua orang mungkin peduli   Tergelitik pikir usil Andai dia bisa bicara Akankah dia berceloteh Akan apa yang terjadi pada masa lampau   Lagi kutimang dia lembut Masihkah harus k

Riang pada Rintik

Senja itu Aku melangkah di bawah rintik yang masih gemar merintik Tak jauh dariku Ada seorang gadis cilik Kecil, dengan payung merah muda Kecil, dengan senyum tulus mengulas di bibirnya Menatap ke depan, pada satu sosok Seorang anak laki-laki Kecil, namun lebih besar dari gadis itu Merebah di atas batu-batu basah Masih di bawah rintik Kemudian ia bangun Mengejar sang gadis cilik Gadis itu terkejut, terkejut senang Dan mereka tertawa Bersama Sambil berteriak riang Masih di bawah rintik   Masih di bawah rintik Aku melanjutkan langkahku   Sesederhana itu tawa mereka   Victoria Bella – 11 Desember 2014 – satu senja kelabu

Angin yang Merindu

Keberadaanku tak terlihat Namun aku ada Saat semilir, aku membawa damai Saat kencang, aku membawa petaka Kuhempas siapa saja yang ada di depanku Mengikis perlahan siapapun yang tak mau menyingkir Mengalir dari tekanan satu ke tekanan lainnya Dan aku tetap menjadi angin   ------O------ Waktu kecil Aku pamit pada mama di pagi hari "Hati-hati, nak.." katanya Lalu aku pergi bersama papa Siangnya aku pulang bersama papa Dan bertemu mama di rumah   Kali ini berbeda Pagi yang berbeda "Hati-hati, nak.." masih kata mama Papa sudah pulang Jadi aku pergi sendiri Namun tidak pulang siang itu Mungkin 150 siang yang akan datang Baru dapat berjumpa dengan mama di rumah   Victoria Bella – 30/11/2014 – 13:15

Catatan Kuliah Hari Ini

Di tengah sebuah rutinitas mendengar Kembali pikiranku terjebak Pada benak acak tak berujung Begini Aku tahu aku hanya manusia Tidak pantas untuk mengandai seperti ini Namun, seandainya manusia melihat manusia.... .....dari tempat Tuhan Mestilah lucu Mari lihat Manusia melihat Manusia itu hebat Manusia berlomba menjadi paling pintar Paling kaya Paling sukses Paling terkenal Manusia berlomba paling megah untuk dipamerkan Lalu semua orang terpana dengan pencapaian itu Tak hanya itu Manusia dapat saling benci Manusia saling menginjak Manusia saling membunuh Namun, apalah manusia di hadapan Tuhan? Manusia begitu kecil Tuhan berfirman, “Mati.” Selesai, bukan? Manusia hanya debu Dan sekarang, lihatlah manusia dari tempat Tuhan Debu itu hebat Debu berlomba menjadi paling pintar Paling kaya Paling sukses Paling terkenal Debu berlomba paling megah untuk dipamerkan Lalu semua debu terpana dengan pencapaian itu T

Segelintir Tanya Mengapa

Teringat akan satu lagu. Begitu dinyanyikan, segala benak dan isi hati mengalir begitu saja. Kemudian secara tak sadar tangan berada di atas kotak-kotak kecil ini. Begini, kawan.... Begitu banyak hal terjadi di dunia ini. Pernahkah kamu bertanya hal-hal yang mungkin tidak pernah kamu tanyakan pada dirimu ini? Atau mungkin sering ditanyakan? Mengapa aku bisa tinggal di rumahku yang sekarang? Mengapa aku bisa mengenyam pendidikan di sekolah/kampusku yang sekarang? Mengapa aku bisa bekerja di kantorku yang sekarang? Mengapa aku menjadi anak tunggal, atau sulung, atau tengah, atau bungsu? Mengapa saudaraku sedikit, atau justru saudaraku begitu banyak? Mengapa orang tuaku masih lengkap? Atau mengapa aku sekarang tidak punya ayah/ibu? Mengapa aku mempunyai banyak teman? Atau mengapa aku justru susah sekali mendapat teman? Mengapa aku pikir aku ini jelek sementara temanku begitu menawan? Mengapa aku bodoh sementara temanku begitu terlihat cerdas tanpa perl

Selamat Ulang Tahun

16 Juli 2014. 00:01. Saatnya aku menghubunginya. *tuuut.. tuuut..* “Halo?” suara beratnya dengan nada sedikit malas namun senang, terdengar dari sana.. “Halo. belom tidur?” balasku dengan nada malas juga. Gengsi kami keluar. “Belom.” Ah, selalu saja begini. Hanya kalimat singkat yang keluar dari mulut kami. Namun kami tahu perasaan masing-masing. ‘Buah durian jatuh tak jauh dari pohonnya’ itu sangat benar. “Selamat ulang tahun.” “Oh. Iye, makasih.” Betawi-nya keluar. Padahal peranakan Batak asli-Batak adat (ibunya Jawa namun diselenggarakan upacara adat dan jadilah Batak). Jika Betawi-nya keluar, berarti dia sedang bercanda atau senang. “Semoga makin ga keras kepala, lebih sering denger orang lain.” kataku dari hati terdalam, sedikit menggebu-gebu, masih dengan nada sedikit malas. “Ck.. Iye. Gimana kuliah?” tumben nanya. “Lancar.” “Udah libur kan?” “Udah.” “Nape belom pulang?” “Masih ngurusin ospek.” “Ngapain ngurusin ospek?” “Dih, kenapa emang?” tuh,

Sofa Biru

Saat seperti ini Bayangan itu muncul Sofa biru Disirami sinar mentari Suasana nyaman, damai, tenteram Hasrat bersantai tanpa beban Sesekali bermain dengan Mopie Kembali terfokus pada acara Entah animasi, entah tayangan lain Ke dapur Sekedar membuka kotak dingin dan melihat isinya Menimbang-nimbang Malas Tutup Kembali pada sofa biru Menikmati tayangan Jika kantuk datang, pejamkan mata Saat terbuka, cahaya sudah remang-remang Dengan malas, bangkit Menekan semua saklar Teranglah Kembali berselonjor Mungkin untuk berjumpa lagi dengan mimpi Di atas sofa biru Datanglah penghuni satu rahim Kali ini sudah putih abu-abu Duduk pula di sofa biru Bersama menikmati tayangan Tak lama, klakson berbunyi Dan kami berlomba membuka gerbang Menyambut yang datang dengan wajah lelah Namun tak dapat sembunyikan senyum Melihat emas dan berlian di depannya Angkat semua barangnya Kembali ke sofa biru Bernafas sejenak Bertiga di

Jangan Pergi

Terakhir kali ini terjadi Ketika Wajah itu seakan terlelap Terbangun jika aku menggoncangkannya Hingga sebilah papan memisahkan Dalamnya lubang memendam Segala rasa hidup yang pernah ada Lelah Sudah menetes Seakan kau sudah terlelap Menyusul Aku belum siap Jika harus menyimpan satu lagi kenangan itu Aku tahu pada akhirnya aku akan mendapat sepasang Namun kumohon, tidak pada saat ini Belum kokoh berpijak Belum tunjukkan apa-apa Rapuh, rengek, raung Ah, apalah ananda Aku tahu aku sudah terlalu banyak menuntut Namun, bila sekarang aku meminta Tuk terakhir kalinya Bolehkah?   Tetaplah di sini Lihatlah aku bersinar nanti Menyinarimu, menyinari kita Jika kau dan Dia kabulkan permintaanku yang ini Aku jadikan ini yang terakhir Sungguh Akan kukorbankan apapun Demi terkabulnya bisik hati terdalam Dari rintih terperih Selanjutnya Aku akan memenuhi semua keinginanmu Dan keinginan-Mu Asalkan satu Jangan perg

Katarsis

Hari ini kamu terlambat 10 menit ke gereja. Kamu datang dengan jeans, jaket biru, dan flat shoes . Kamu tidur sepanjang khotbah Hampir tertidur lagi saat doa syafaat Untung tidak tidur saat mengajar Hari ini kamu pakai baju terbalik Yang dalam, kamu pakai jadi di luar Padahal kamu jalan ke kampus, melewati perempatan lampu merah yang ramai. Jajan makan dan minum Lalu kamu baru sadar bahwa bajumu terbalik Setelah diberi tahu seseorang dari bilik Dan kamu juga sadar Kamu seperti terlarut karakter pentas Hari ini –dan hari-hari sebelumnya– kamu sudah mendengarkan lagu Tulus untuk ke sekian kalinya Merdu Untukmu, Jatuh Cinta, Jangan Cintai Aku Apa Adanya, Teman Hidup, Sepatu, Sewindu Dan lainnya Apa? Sepatu? Kenapa? Lagu dia yang tepat untukmu, atau jiwamu yang mencocokan kehidupan dengan lagunya? Mencari kelegaan? Mengapa helaan nafasmu berat? Seakan hembusan itu tak mengeluarkan apapun Seakan sesak itu masih ada di dadamu Namun Ent

2048

Gambar
Hidup itu seperti bermain 2048 Awalnya terlihat mudah Mudah mencari yang sama dengan kita Mudah berdinamika, membentuk kelompok yang baru, bergerak ke angka yang lebih tinggi bersama-sama Hidup itu seperti bermain 2048 Semakin lama, semakin banyak angka di sekitar kita Dengan berbagai persamaan dan ketidakcocokan Ruangan akan semakin sempit jika tidak bergabung dengan yang lain Hidup itu seperti bermain 2048 Angka kecil hanya bisa bergabung dengan angka kecil Angka besar juga hanya mau bergabung dengan angka besar Angka kecil tidak bisa bergabung dengan angka besar Kalau mau bergabung, merekalah yang harus naik angka Angka besar tidak akan memecah diri untuk bergabung dengan angka kecil Dan ketika angka kecil menjadi angka besar, dia tidak akan kembali menjadi angka kecil Mana mau? Hidup itu seperti bermain 2048 Kita kira, kita bisa bersatu dengan angka yang sama di samping kita Namun, siapa sangka ternyata kita bergabung dengan

Benang Kusut

Aku kira benang itu kusut Jadi kucoba luruskannya Ternyata tidak kusut Malah aku menambah kekusutannya Maaf Satu kata yang tak perlu kamu ucapkan Karena memang aku yang khilaf Kumohon, tetaplah di sini Maaf Satu kata yang harusnya kuucap Karena memang aku yang khilaf Kumohon, tetaplah di sini Rindu Ternyata itulah hasil usahaku tuk luruskan benang Entah sayang Entah setia Yang kugantungkan di atas seutas benang Oh ya Benang apa ya? Entahlah Aku berharap Aku masih dapat menjaga benang tak kasat itu Jarak Aku membuatnya Agar benang itu tetap terjaga Victoria Bella – 27/04/2014 – 17:13

Untitled 18

Lebih baik tertidur Karena hanya dalam tidur Rasa kita membaur Aku tahu aku harus terjaga Untuk dapat mengejar asa Mewujudkan alam itu menjadi nyata Setidaknya izinkan aku untuk tertidur Lalu mendapat memori yang tak kudapat ketika terjaga Agar dapat kekuatan untuk mengarungi kenyataan Aku tak tahu apakah aku sanggup Melihat kenyataan yang tak sesuai mimpi Karena sungguh, mimpi itu terasa nyata Jika ini berlanjut, lebih baik tidak tertidur Agar tak punya angan kosong Yang tak kan menyatu dengan kenyataan Aku harus bagaimana? Victoria Bella – 22/04/2014 – 21:34

Adeline Vania Kirana

Gambar
Detik detik berlalu Pada tiap waktu yang berlalu, ada saja yang terjadi Kehidupan, kematian Tepat hari ini, 20 April 2014 Salah satu temanku memperingati hari pertamanya hidup di dunia Sampai aku pada krisis “Apalah yang dapat kuberikan?” Hmm... Jadi, sudah genap 18 ya, Lin? Apa arti angka itu bagimu? Gitar, drum, dan bernyanyi bukanlah apa-apa Kadang masih bocah Suaranya di kantin, dapat terdengar sampai di gedung A-B sekalipun Senang menilai orang lain Mudah ditebak Mudah tersentuh Menyimpan banyak cerita Memendam air mata di balik tawanya Itulah kamu... Alin.. Hidup bukanlah laut tenang untuk setiap pelayaranmu Bukan pula langit cerah untuk setiap aktivitasmu Juga bukan tawa di setiap pertemananmu Pertemanan... Tidak sebatas baju warna apa yang kita pakai hari ini Berapa kali kita bertemu dalam sehari Atau apakah kamu terlibat dalam pembicaraanku dengan orang lain Juga tak sebatas “aku-kowe” atau “gue-lo” Kedewas