Homo Homini Lupus

M A N U S I A

Merasa jadi bagian yang paling besar dalam kehidupan. Tahu siapa Penciptanya, namun kadang melupakan-Nya.

Dimulai dari masa paling rentan. Pembuahan. Perkembangan berbulan-bulan. Lahir. Lalu bisa menangis. Lalu bisa tertawa. Lalu bisa bicara. Lalu bisa makan. Lalu bisa berjalan. Lalu bisa baca. Lalu bisa tulis. Lalu bisa berpikir. Lalu bisa merasa. Lalu bisa berteman. Lalu bisa berkelahi. Lalu bisa berpacar. Lalu bisa sendiri. Lalu bisa terpuruk. Lalu bisa bangkit. Lalu bisa beruang. Lalu bisa menikah. Lalu bisa punya anak. Lalu bisa punya cucu. Lalu bisa tua. Lalu bisa sakit. Lalu bisa mati. Lalu tak bisa apa-apa.


M A N U S I A

Sedih saat hujan, sedih saat terik. Sedih atas ketiadaan manusia tertentu saat tidak pernah memaknai keberadaannya. Sedih saat manusia lain senang, senang saat manusia lain sedih.

Senang sudah mendaki gunung tertinggi, menyelam lautan terdalam, mengarungi samudera terluas. Apa lagi?

Senang dapat menekan kaum muda di bawah ego dan harga diri, kaum tua di bawah kekuatan dan tak tahu diri, kaum tuna di bawah tamak dan nafsu, kaum awam di bawah visi dan misi yang kabur, kaum potensi di bawah ketidakinginan turun takhta dan iri, kaum..... ah sudahlah.
Senang sepertinya dia sudah mencapai tingkat selanjutnya yang lebih tinggi, lebih tinggi, lebih tinggi lagi, hingga yang paling tinggi. Tinggi sekali! Seakan manusia lain tunduk di bawah telunjuknya.

Hahaha.... Tingkat apa, wahai manusia?


M A N U S I A

Pikirkan ini.

Alam mempunyai beberapa galaksi. Tahu galaksi? Ya, ruang yang tak terbatas itu. Tak terbatas.

Di antara beberapa galaksi, ada satu galaksi yang di dalamnya terdapat suatu sistem tata surya yang di dalamnya terdapat suatu planet yang di dalamnya terdapat empat samudera yang mengapit lima benua yang di dalamnya terdapat beberapa pulau yang di dalamnya terdapat beberapa negara yang di dalamnya terdapat beberapa kota yang di dalamnya terdapat beberapa daerah yang diisi oleh milyaran makhluk hidup yang beberapa di antaranya adalah makhluk berakal budi dan berperasaan yang terbagi dalam ribuan kelompok besar yang terbagi lagi dalam banyak kelompok kecil yang salah satu di antaranya adalah kamu. Manusia.

Mengerti?

Jadi pikirkan lagi siapa kau, apa mau kau, apa yang telah dan akan kau perbuat, apa yang kau rasakan, dan lainnya.

Karena, hanya Tuhan, Allah, Dewa..... entah apa kau sebut Dia yang membuat kau paling berharga di hadapan-Nya, wahai manusia.

Lihatlah, dengarlah, pikirkanlah, rasakanlah, ucapkanlah, lakukanlah semua selama jantung masih berdetak dan darah masih mengalir: untuk Dia yang telah begitu mengasihimu.

Manusia.


Victoria Bella – 27/01/14 – 00:58

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terima Kasih, Tuhan, karena Aku Orang Susah

Alunan Petik Sang Dawai

Segala Sesuatu Ada Waktunya