Katarsis

-
Hari ini kamu terlambat 10 menit ke gereja.
Kamu datang dengan jeans, jaket biru, dan flat shoes.
Kamu tidur sepanjang khotbah
Hampir tertidur lagi saat doa syafaat
Untung tidak tidur saat mengajar

Hari ini kamu pakai baju terbalik
Yang dalam, kamu pakai jadi di luar
Padahal kamu jalan ke kampus, melewati perempatan lampu merah yang ramai.
Jajan makan dan minum
Lalu kamu baru sadar bahwa bajumu terbalik
Setelah diberi tahu seseorang dari bilik
Dan kamu juga sadar
Kamu seperti terlarut karakter pentas

Hari ini –dan hari-hari sebelumnya– kamu sudah mendengarkan lagu Tulus untuk ke sekian kalinya
Merdu Untukmu, Jatuh Cinta, Jangan Cintai Aku Apa Adanya, Teman Hidup, Sepatu, Sewindu
Dan lainnya
Apa?
Sepatu?
Kenapa?
Lagu dia yang tepat untukmu, atau jiwamu yang mencocokan kehidupan dengan lagunya?
Mencari kelegaan?

Mengapa helaan nafasmu berat?
Seakan hembusan itu tak mengeluarkan apapun
Seakan sesak itu masih ada di dadamu
Namun
Entah apa yang mengisi di dalammu
Dari luar, kamu terlihat kosong

Apa yang kamu pikirkan?
Adakah pikiran itu nyata, atau sebatas khawatir imajiner?

Apa yang kamu rasa?
Adakah perasaan itu dirasa orang lain, atau hanya kamu seorang?

Sudahlah
Pasti akan berakhir
Pasti akan ada sesuatu yang kamu dapat setelah semua ini terlewati
Percayalah
Bertahanlah
Victoria Bella

25 Mei 2014

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terima Kasih, Tuhan, karena Aku Orang Susah

-
Terima kasih, Tuhan, karena aku orang susah Kalau tidak, mungkin aku tidak akan mati-matian mencari uang Mungkin malah nanti aku mati betulan Jadi, terima kasih karena aku orang susah Terima kasih, Tuhan, karena aku merasa bodoh Kalau tidak, mungkin aku tidak pernah belajar Mungkin malah nanti aku jadi bodoh betulan Jadi, terima kasih karena aku bisa merasa bodoh Semoga tidak dibodoh-bodohi Terima kasih, Tuhan, karena aku pernah kepanasan Kalau tidak, mungkin aku tidak akan senang dengan udara dingin Terima kasih juga, Tuhan, karena aku pernah kedinginan Kalau tidak, mungkin aku tidak akan sadar kehadiran mentari tengah hari Jadi, terima kasih untuk panas dan dingin di sepanjang hari Terima kasih, Tuhan, karena aku pernah merasakan pahitnya obat Kalau tidak, aku tidak akan sadar betapa manisnya sebatang Silver Queen Aku tidak akan minum obat kalau tidak sakit Jadi, terima kasih karena aku pernah sakit Karena sakit juga, aku jadi punya waktu
Baca selengkapnya

Alunan Petik Sang Dawai

-
Petik demi petik telah ku lalui Ku coba untuk menyuarakan semua nada Telah ku mainkan rangkaian melodi Dari semua lagu yang bahkan tak ku ketahui Akankah alunan itu telusupi sedaun telinga Hingga dapat menggetarkan hati Petik demi petik telah ku lalui Hingga lelah ku mainkan rangkaian melodi itu Sampai indahnya alunan tak lagi tercipta Memetik dengan asa ada hati yang tergetarkan Ternyata tak ada satu jua Aku tak tahu harus apa Petik demi petik telah ku lalui Rasanya dawai ini bisa mengerti hatiku Dengan sabar ia tetap bergetar untukku Tetap indah walau aku tak memetik dengan lihai Dengan sabar ia tetap bergetar untukku Tetap indah walau mungkin ia hampir putus Petik demi petik telah ku lalui Bak dawai itulah Aku mencoba tetap bergetar dengan indah Bergetar dengan sabar untuk mereka Walau mereka yang memetikku tidak lihai Walau mereka tak tahu aku hampir putus Ku usahakan melodi itu tetap indah Petik demi petik telah ku lalui Kemudian aku tersadar dari se
Baca selengkapnya

Segala Sesuatu Ada Waktunya

-
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” Pada suatu malam setelah saya mengerjakan suatu proyek, saya duduk di sebuah sekretariat di kampus. Sekretariat tempat dulu saya juga berkegiatan, namun sekarang sudah sangat jarang saya kunjungi. Waktu itu saya mengunjunginya karena ingin meminta film lama dari salah satu adik angkatan saya dan saya tahu hanya dia yang punya lengkap. Saya duduk di muka pintu. Sambil menunggu film digandakan ke flashdisk, saya melihat ke dalam sekre. Di sana ada sekitar 10 orang yang sedang mengerjakan sesuatu untuk sebuah kegiatan pada minggu itu. Ada satu orang mahasiswa tingkat tiga, dua orang mahasiswa tingkat dua, dan tujuh orang lainnya adalah mahasiswa tingkat satu. Saya sendiri adalah mahasiswa tingkat empat. Saya melihat kepada para mahasiswa tingkat satu. Masih baru, masih fresh. Terlihat mereka tertawa dengan begitu lepasnya. Mereka terlihat bahagia seakan tidak ada apa-apa dalam kehidupan mereka. Saya mel
Baca selengkapnya