Kepada Yang Teragung di Jumat Agung
Bapa di
dalam Kerajaan Surga
Terima
kasih atas hari ini...
Hari ini
tanggal merah. Libur. Orang-orang menyebut hari ini sebagai Jumat Agung.
Ya, hari ini
kami memperingati kematian-Mu, ya Yesus Kristus..
Hamba
sudah pergi ke gereja. Melihat orang lain berpakaian serba hitam, termasuk
petugas yang melayani di gereja. Hamba tidak memakai baju hitam. Tidak apa ya,
Tuhan? Engkaulah yang melihat hatiku.
Hari
ini tata ibadah disusun dengan baik. Mulai dari lagu, cara pembawaannya, suatu
film yang mengilustrasikan pengorbanan-Mu, simbolisasi jalan salib, dan
lain-lain. Ya, memang hamba tak layak untuk menilai pelayanan sesama. Namun menurut
hamba, ibadah hari ini dapat membawa hamba mengerti arti kematian-Mu.
Bapa..
Hari
ini, hamba menyadari beberapa hal...
Merenungi
Engkau, ya Yesus Kristus, Putra Tunggal yang disiksa, dicambuk, dicaci, jatuh
bangun memikul salib di Via Dolorosa, hingga dipaku di atas salib-Mu dan
meninggal di Golgota..
Apalah
penderitaan hamba selama ini...
Konyollah
hamba melihat diri hamba sendiri...
Salib
hamba mungkin hanya tas besar yang dibawa setiap hari, beratus-ratus slide show atau tumpukan buku materi
untuk ujian, menunggu tanggal muda tiba, menahan nafsu makan mie instan selama
dua bulan, mendebat dosen, perasaan yang tidak dibalas sang pujaan hati, atau
sekedar menahan lapar sepanjang kelas berlangsung...
Golgota
hamba mungkin hanya kamar tak nyaman (karena tidak dibersihkan) atau kotak
ruang rutin yang bernama kelas di setiap hari...
Cambuk
hamba mungkin hanya nilai yang entah mengapa turun, cacian lidah tak penting,
serta sinisme tak perlu..
Via
dolorosa hamba mungkin hanya sejauh lantai dasar hingga lantai tiga gedung
kampus, Pogung-Sosiohumaniora, Jakarta-Yogyakarta...
Jatuh
bangun hamba mungkin hanyalah cerita-cerita dinamika hidup yang biasa selama 18
tahun ini...
Lucunya,
hamba kadang masih merasa jenuh, letih, putus asa. Padahal pernik penderitaan
hamba tak sebanding dengan kepunyaan-Mu...
Hamba
juga menyadari...
Tidak
setiap hari hamba menyediakan waktu bagi-Mu. Namun Kau selalu ada bagiku...
Kadang
hamba heran.. Siapalah hamba ini di hadapan-Mu, Tuhan?
Maksud
hamba...
Berapa
kata kotor yang keluar dari bibir hamba? Namun kadang lewat bibir yang sama,
Engkau memberkati hamba untuk melayani orang lain.
Tidak
mudah bagi hamba untuk mengampuni seorang teman dengan satu kesalahan yang
sebenarnya tidak penting. Namun Engkau selalu mengampuniku yang brengsek ini. (Maaf,
Bapa, kata-kata hamba kasar. Tapi hamba tak menemukan kata lain yang lebih
cocok untuk menggambarkan diri hamba di hadapan-Mu.)
Khawatir
akan kehidupan esok dan lupa bahwa Engkau ada, dan di setiap waktu pula Engkau
menjawab kekhawatiran itu (padahal dalam seminggu bisa saja hamba tidak membuka
Alkitab karena terlalu lelah bersibuk-sibuk dan bersenang-senang, kecuali hari
Minggu).
Sehina
apa jua hamba ini, masih saja dijadikan biji mata-Mu...
Hamba
minta maaf...
Hamba
sedang mencoba. Hamba masih mencoba. Hamba akan terus mencoba. Mencoba untuk
hidup sesuai kehendak-Mu. Hamba selalu butuh pimpinan-Mu Bapa, lewat Roh Kudus yang
menyertai dalam setiap langkah kehidupan; setiap keputusan, setiap perasaan, setiap
doa.
Hamba
berterima kasih...
Terima kasih
atas segala yang sudah Engkau perbuat. Khususnya tentu saja, kematian-Mu, ya
Yesus Kristus, yang hari ini sedang kami peringati... Terima kasih atas semua
rencana Allah yang tergenapi dan yang (pasti) akan tergenapi...
Bapa,
Engkau tahu
betapa tak terselami pikiran-Mu. Pula tak ada yang tahu rencana apa yang telah
Kau buat. Satu yang pasti: rancangan-Mu bukanlah rancangan kecelakaan,
melainkan rancangan damai sejahtera.
Untuk itu,
hamba mohon pimpinan-Mu, ya Bapa... Pimpinlah hamba senantiasa dengan Roh
Kudus-Mu.
Bapa,
Banyak
sekali yang ingin hamba ucapkan. Namun hamba percaya Engkau mendengarkan suara
hati hamba, bahkan yang belum terucapkan sekalipun.
Amin.
Aku percaya kepada
Allah, Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi.
Dan kepada Yesus
Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita.
Yang dikandung
dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
Yang menderita
sengsara, di bawah pemerintahan Pontius Pilatus.
Disalibkan, mati
dan dikuburkan. Turun ke dalam kerajaan maut.
Pada hari yang
ketiga, bangkit pula dari antara orang mati.
Naik ke surga,
duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa.
Dan dari sana Ia
akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Aku percaya kepada
Roh Kudus, gereja yang kudus dan am.
Persekutuan orang
kudus, pengampunan dosa, kebangkitan orang mati, dan hidup yang kekal.
Amin.
(Pengakuan Iman
Rasuli)
Komentar
Posting Komentar